Cari Blog Ini

Selasa, 18 Juni 2013

Toyota Way, GE Way dan Waste

  1. Toyota Way
        Pada tahun 2001, Toyota Motor Corporation mulai memperkenalkan “Toyota Way 2001,” sebuah prinsip manajerial yang menjadi pedoman dalam rangka pengembangan perusahaan agar mampu bersaing di tingkat dunia. Toyota Way didasarkan pada Guiding Principles yang terdiri dari lima nilai yang harus diterapkan oleh semua karyawan pada semua level produksi dalam pekerjaan mereka setiap hari serta dalam berhubungan dengan karyawan lain. Kelima nilai dari Guiding Principles tersebut adalah
1.      Challenge
Memelihara visi jangka panjang dan berusaha keras agar mampu menghadapi semua tantangan yang dihadapi serta kebutuhan akan kreativitas agar mampu mewujudkan visi tersebut.
2.      Kaizen (improvement)
Berusaha keras demi adanya perbaikan yang terus-menerus karena tidak ada suatu proses produksi yang dapat dikatakan sempurna.
3.      Genchi Genbutsu (go and see)
Mempunyai arti bahwa untuk membuat keputusan yang benar mengenai suatu permasalahan dan demi tercapainya tujuan bersama kita harus mengetahui sumber permasalahan itu sendiri, memecahkannya dengan cara membangun kemufakatan
4.      Respect
Toyota menjunjung tinggi rasa hormat kepada yang lain, menghargai setiap usaha yang telah dilakukan, bertanggung jawab dan melakukan yang terbaik untuk membangun kepercayaan bersama.
5.      Teamwork
Toyota mendorong setiap individu untuk berbagi kesempatan guna mengembangkan dan memaksimalkan daya guna dari kerja tim yang ada.
Adapun ke-14 prinsip dari Toyota Way yang merupakan filsafat manajemen dari Toyota adalah
I : Filosofi Jangka Panjang
1. Mendasarkan segala keputusan manajemen pada filosofi jangka panjang meskipun pada sasaran biaya finansial jangka pendek. Seseorang perlu memiliki cita-cita untuk memotivasi diri dan menentukan tujuan hidup.

II : Proses yang Benar akan Menghasilkan Hasil yang Benar
2.  Menciptakan sebuah aliran proses produksi yang berkelanjutan untuk membawa permasalahan dalam proses produksi ke permukaan. Proses kerja dirancang untuk menghilangkan waste (muda) melalui perbaikan yang kontinu (kaizen).
3. Menggunakan "pull system" untuk menghindari produksi berlebih. Sistem ini berprinsip bahwa kebutuhan material pada proses produksi lanjut hanya akan diberikan oleh proses produksi sebelumnya setelah ada sinyal kebetuhan dari proses produksi lanjut.
4.   Membagi rata atau menciptakan keseimbangan beban kerja (heijunka). Mengibaratkan bekerja itu seperti kura-kura bukan seperti kelinci. Hal ini sangat membantu dalam rangka meminimalkan waste (muda), tidak membebani pekerja dan alat-alat produksi (muri), dan tidak menciptakan tingkat produksi yang tidak seimbang (mura).
5. Menciptakan kebiasaan menghentikan proses produksi bila ditemukan suatu masalah. Kemudian menyelesaikan masalah itu agar diperoleh kualitas yang tepat sejak awal. Kualitas produk harus diutamakan (Jidoka). Para pekerja di dalam Toyota Production System mempunyai wewenang untuk menghentikan proses produksi jika ada persoalan pada kualitas produk.
6. Standardisasi tugas dan proses produksi sebagai landasan untuk perbaikan terus-menerus dan pemberdayaan karyawan. Hal ini bertujuan memberdayakan para pekerja untuk membantu dalam pertumbuhan dan perbaikan dari perusahaan itu sendiri.
7.  Menggunakan kontrol visual sehingga tidak ada masalah yang tersembunyi. Termasuk di dalamnya prinsip 5S Program yang terdiri dari sort, straighten, shine, standardize dan sustain.
8.  Hanya menggunakan teknologi yang telah diuji secara seksama dan handal untuk melayani konsumen. Proses manufaktur dipengaruhi teknologi, bukan sebaliknya.

III : Menambah Nilai dari Organisasi Melalui Pengembangan Sumber Daya    Manusia
9.  Menumbuhkembangkan pemimpin-pemimpin yang memahami secara seksama terhadap pekerjaan dan mampu mengajarkannya kepada orang lain. Tanpa perhatian khusus, prinsip ini akan berangsur hilang. Karyawan harus dididik dan dilatih untuk memelihara kemampuan dalam berorganisasi.
10.Mengembangkan orang-orang dan tim untuk menjadi luar biasa namun tetap mengikuti filosofi perusahaan. Setiap tim seharusnya terdiri dari 4-5 orang, kesuksesan dibentuk oleh kerja tim bukan kerja tiap individu.
11.Menghormati mitra kerja dengan cara memberikan bantuan dalam peningkatan kinerja serta dengan cara menarik perhatian mereka. Toyota memperlakukan mitra kerja seperti karyawan mereka, menarik mereka untuk berbuat lebih baik dan menolong mereka untuk mencapai hal tersebut.
    
IV : Menyelesaikan Akar Permasalahan dan Mengendalikan Pembelajaran secara     Berkelanjutan
12.Pergi dan melihat sendiri untuk benar-benar mengerti situasi dengan seksama. Menyelesaikan masalah dan memperbaiki proses dengan pergi ke sumber permasalahan untuk mendapatkan kesimpulan guna mengambil benang merah dari permasalahan tersebut.
13.Membuat keputusan secara perlahan melalui kemufakatan, benar-benar mempertimbangkan berbagai pilihan yang ada dan menerapkan keputusan yang diambil dengan cepat (nemawashi).
14.Menjadi sebuah organisasi pembelajar melalui pemikiran tak kenal lelah (hansei) dan perbaikan yang terus-menerus (kaizen).

2.      General Electric (GE) Way
Meskipun pelopor konsep Six Sigma adalah Motorola, namun dalam aplikasinya ternyata GE Way lebih populer karena hanya dalam masa lima tahun sejak 1996-2001 GE telah mampu mencapai target Six Sigma. Keberhasilan GE Way tidak terlepas dari kepemimpinan yang kuat dari Jack Welch, bahkan untuk menghormati Jack Welch telah ditulis buku tentang 29 Rahasia Kepemimpinan Jack Welch. Serupa dengan Toyota Way yang memiliki 14 prinsip dan nilai-nilai, GE Way juga dibangun di atas 4 prinsip sebagai landasannya. Keempat prinsip dari  GE Way  adalah sebagai berikut :
1.   Imagine
Menanamkan imajinasi untuk bekerja kepada konsumen, masyarakat dan komunitas
2.   Solve
Memberikan bantuan dalam memecahkan berbagai macam permasalahan berat yang dihadapi dunia
3.   Build
Perusahaan merupakan sebuah tempat untuk mendayagunakan segala potensi yang ada guna membangun pasar, masyarakat dan para pemegang saham.
4.   Lead
Perusahaan merupakan sebuah sarana untuk mengabdi yang dapat dilakukan melalui pembelajaran dan termasuk juga perubahan sistem.
Untuk mendukung empat prinsip di atas, maka GE menciptakan 8 nilai-nilai yang disebut sebagai GE Values, yaitu: Curious, Passionate, Resourceful, Accountable, Teamwork, Committed, Open and Energizing.
Keberhasilan spektakuler dari GE selama masa lima tahun implementasi Six Sigma, membuat GE Company berani menciptakan formula yang telah dikutip dan dimasukkan dalam buku-buku teks dunia. Fomula GE itu adalah : E = Q x A di mana: The Effective Result (E) adalah fungsi perkalian dari Quality of Solution (Q) dengan the Adoption of Ideas (A). Tampak bahwa formula ini menekankan bahwa hasil-hasil efektif yang dicapai E adalah kualitas dari solusi masalah dan adopsi dari ide-ide kreatif, bukan sekedar aplikasi Six Sigma. GE menggunakan pendekatan Six Sigma untuk variabel Q (Quality of Solution), dan CAP (Change Acceleration Process) untuk meningkatkan nilai dari variabel A (Adoption of Ideas).

3.      Waste
Dalam pembahasan kali ini, definisi dari waste bukanlah limbah hasil produksi melainkan berbagai aktivitas dalam proses produksi yang bisa dikatakan sia-sia untuk dilakukan. Berdasarkan pada prinsip Toyota Way nomor dua dari bagian dua, dapat diketahui bahwa terdapat delapan macam waste atau biasa disebut “muda” yang dalam hal ini perlu sekali untuk dikurangi bahkan dihilangkan karena akan mengurangi produktivitas proses produksi suatu perusahaan. Adapun kedelapan jenis waste tersebut adalah :
1.       Overproduction.
Memproduksi barang saat tidak ada pesanan. Hal ini menyebabkan kelebihan pada jumlah pegawai, biaya penyimpanan dan transportasi.
2.       Waiting (Time on Hand).
Saat bekerja, karyawan hanya menonton sebuah mesin yang sudah terotomasi bekerja atau hanya berkeliling menunggu proses berikutnya dapat juga tidak melakukan pekerjaan sama sekali karena banyak keterlambatan pemrosesan, stockouts, peralatan yang “downtime”, dan terjadinya “capacity bottlenecks”.
3.       Unnecessary transport or conveyance.
Barang dalam proses (WIP) dibawa dalam jarak jauh, menciptakan transportasi yang tidak efisien, atau memindahkan material, komponen, atau barang jadi masuk atau keluar dari penyimpanan atau perpindahan antar proses.
4.       Overprocessing or incorrect processing.
Proses produksi tidak efisien karena alat-alat produksi dan rancangan produk yang buruk, menyebabkan gerakan yang tidak perlu dan menghasilkan cacat. Waste juga dihasilkan ketika perusahaan menyediakan produk-produk berkualitas lebih tinggi daripada yang diperlukan.
5.       Excess inventory
Kelebihan persediaan menyebabkan masalah seperti ketidakseimbangan produksi, keterlambatan pengiriman dari pemasok, cacat, mesin rusak, dan waktu set up yang terlalu lama.
6.       Unnecessary movement
Setiap karyawan melakukan gerakan-gerakan yang tidak perlu selama mereka bekerja. Gerakan-gerakan tersebut seperti mencari, meraih, atau menyusun komponen, peralatan dan sebagainya. Berjalan pun termasuk waste.
7.       Defects
Selama proses produksi biasanya menghasilkan produk yang pada bagian-bagiannya terdapat cacat. Perbaikan atau pengerjaan ulang, pembongkaran, penggantian produksi, dan proses inspeksi merupakan pemborosan dalam proses pemeliharaan dan perawatan, serta waktu.
8.       Unused employee creativity
Kehilangan waktu, ide, keterampilan, perbaikan, dan kesempatan belajar dengan tidak melibatkan atau mendengarkan pemikiran dari para karyawan.


Daftar Pustaka
1.      http://en.wikipedia.org/wiki/The_Toyota_Way
2.      http://dayamuda.blogspot.com/2008/02/six-sigma-ge-way-vs-toyota-way.html
3.      Jeffrey K. Liker ,Tata McGraw-Hill, The Toyota Way ,2004

Tidak ada komentar: